Film Movie
Sub Category
Senyap (The Look of Silence) adalah film dokumenter tahun 2014 yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer. Film ini merupakan kelanjutan dari karya sebelumnya, Jagal (The Act of Killing), dan mengangkat kisah keluarga korban pembantaian massal yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965–1966.
Film ini berfokus pada Adi Rukun, seorang ahli kacamata yang adik bungsunya, Ramli, menjadi salah satu korban pembantaian tersebut. Dengan keberanian, Adi berusaha memecah kesenyapan dan ketakutan yang menyelimuti para korban dengan mendatangi mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakaknya—sesuatu yang tak terbayangkan di negeri dengan para pembunuh yang masih berkuasa.
Pengambilan gambar dilakukan di Sumatera Utara bersamaan dengan pembuatan Jagal, dengan sebagian besar gambar diambil antara 2010 hingga 2012. Pemutaran perdana internasional diselenggarakan di Venice International Film Festival pada Agustus 2014, di mana film ini berkompetisi memperebutkan Golden Lion.
Melalui film ini, Oppenheimer memberikan perspektif mendalam tentang dampak peristiwa 1965 terhadap para penyintas dan keluarga mereka, serta upaya mereka dalam mencari kebenaran dan rekonsiliasi di tengah bayang-bayang masa lalu yang kelam.
Jagal (The Act of Killing) adalah film dokumenter tahun 2012 yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer. Film ini mengeksplorasi pembantaian massal yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965–1966, di mana sekitar 500.000 hingga 1.000.000 orang yang diduga terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dibunuh.
Film ini menyoroti para pelaku utama pembantaian tersebut, terutama Anwar Congo dan Adi Zulkadry, yang dengan sukarela merekonstruksi kembali tindakan kekerasan mereka dalam berbagai genre film favorit mereka, seperti film gangster, western, dan musikal. Melalui proses ini, film mengungkap bagaimana mereka memproyeksikan diri dalam sejarah untuk menjustifikasi tindakan mereka dan bagaimana impunitas mempengaruhi kehidupan mereka saat ini.
Meskipun mendapatkan pujian internasional, film ini menimbulkan kontroversi di Indonesia dan dilarang diputar secara resmi. Namun, film ini tetap diputar secara terbatas dan memicu diskusi publik mengenai sejarah kelam Indonesia yang sebelumnya jarang dibicarakan.
Jagal memberikan perspektif unik tentang bagaimana pelaku kekerasan memandang dan memaknai tindakan mereka, serta dampaknya terhadap masyarakat dan sejarah Indonesia.
40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy adalah film dokumenter tahun 2009 yang disutradarai oleh antropolog Robert Lemelson. Film ini mengangkat dampak pribadi dari peristiwa pembantaian massal di Indonesia pada tahun 1965-1966, di mana diperkirakan antara 500.000 hingga 1.000.000 orang yang diduga terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dibunuh.
Film ini mengikuti kisah empat individu dan keluarga mereka yang tinggal di Jawa dan Bali, dua wilayah yang sangat terdampak oleh peristiwa tersebut. Mereka menceritakan pengalaman hidup mereka selama dan setelah tragedi 1965, termasuk stigma sosial, trauma psikologis, dan perjuangan untuk bertahan hidup di bawah rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Jenderal Suharto. Melalui narasi pribadi ini, penonton diajak memahami bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi kehidupan mereka selama lebih dari empat dekade.
Film ini mendapatkan pujian atas keberaniannya mengangkat topik sensitif dalam sejarah Indonesia yang jarang dibicarakan secara terbuka. Melalui pendekatan yang intim dan mendalam, 40 Years of Silence memberikan suara kepada para korban dan keluarga mereka, serta membuka dialog tentang rekonsiliasi dan pemahaman sejarah kelam Indonesia.
Tanah Surga... Katanya adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 15 Agustus 2012, disutradarai oleh Herwin Novianto. Film ini menggambarkan kehidupan masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia, khususnya di Kalimantan Barat, yang menghadapi keterbatasan pembangunan dan ekonomi.
Hasyim, seorang mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1965, memilih untuk tetap tinggal di perbatasan Indonesia setelah istrinya meninggal. Ia tinggal bersama anaknya, Haris, yang juga menduda, serta dua cucunya, Salman dan Salina. Kehidupan di perbatasan penuh dengan keterbatasan pembangunan dan ekonomi, membuat Haris mempertimbangkan untuk pindah ke Malaysia demi masa depan yang lebih baik. Namun, Hasyim menolak karena kesetiaannya pada tanah air. Konflik keluarga ini semakin rumit dengan kedatangan Astuti, seorang guru sekolah dasar, dan dr. Anwar, seorang dokter muda, yang berusaha memberikan kontribusi positif bagi masyarakat setempat.
Pemeran Utama: Fuad Idris sebagai Hasyim, Ence Bagus sebagai Haris, Osa Aji Santoso sebagai Salman, Tissa Biani Azzahra sebagai Salina, Astri Nurdin sebagai Astuti, Ringgo Agus Rahman sebagai dr. Anwar
Tanah Surga... Katanya menggambarkan dilema masyarakat perbatasan dalam mempertahankan identitas dan kesetiaan pada tanah air di tengah keterbatasan ekonomi dan godaan kesejahteraan dari negara tetangga.
Film Semesta Mendukung (2011), juga dikenal sebagai Mestakung, adalah film drama keluarga Indonesia yang disutradarai oleh John De Rantau. Film ini terinspirasi dari kisah nyata prestasi siswa-siswa Indonesia dalam Olimpiade Sains Internasional.
Muhammad Arief (Sayef Muhammad Billah) adalah seorang anak dari keluarga miskin di Sumenep, Madura, yang memiliki minat besar terhadap sains, khususnya fisika. Ayahnya, Muslat (Lukman Sardi), adalah mantan petani garam yang beralih profesi menjadi sopir truk serabutan karena ladang garam dilanda paceklik. Ibunya, Salmah (Helmalia Putri), bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura dan telah lama tidak memberi kabar, membuat Arief sangat merindukannya.
Meskipun bersekolah dengan fasilitas yang minim, Arief tetap menekuni fisika. Ia bekerja di bengkel sepulang sekolah dengan harapan dapat mengumpulkan uang untuk mencari ibunya. Guru fisikanya, Ibu Tari Hayat (Revalina S. Temat), melihat bakat besar yang dimiliki Arief dan mendorongnya untuk mengikuti seleksi Olimpiade Sains yang akan diadakan di Singapura. Arief setuju, dengan harapan dapat menemukan ibunya di sana.
Di Jakarta, seleksi dilakukan oleh Pak Tio Yohanes (Ferry Salim) dan asistennya, Deborah Sinaga (Febby Febiola). Arief menjalin persahabatan dengan Muhammad Thamrin (Angga Putra) dan Clara Annabela (Dinda Hauw). Dengan kerja keras dan dukungan banyak pihak, Arief berhasil lolos seleksi dan berangkat ke Singapura untuk mengikuti olimpiade.
Film ini mengangkat konsep "Mestakung" atau "Semesta Mendukung", yang mengajarkan bahwa ketika seseorang berusaha keras mencapai impiannya, alam semesta akan mendukungnya. Selain itu, film ini juga menampilkan budaya lokal Madura, seperti karapan sapi dan tambak garam, serta isu sosial seperti perjuangan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
Pemeran Utama: Sayef Muhammad Billah sebagai Muhammad Arief, Revalina S. Temat sebagai Ibu Tari Hayat, Lukman Sardi sebagai Muslat, Helmalia Putri sebagai Salmah, Ferry Salim sebagai Pak Tio Yohanes, Febby Febiola sebagai Deborah Sinaga, Angga Putra sebagai Muhammad Thamrin, Dinda Hauw sebagai Clara Annabela
Film ini memberikan pesan inspiratif tentang pentingnya pendidikan, kerja keras, dan keyakinan bahwa alam semesta akan mendukung setiap usaha yang sungguh-sungguh.
"Jalan Raya Pos" atau "De Groote Postweg" adalah film dokumenter tahun 1996 yang disutradarai oleh Bernie IJdis. Film ini mengisahkan tentang Jalan Raya Pos, sebuah jalan sepanjang 1.000 kilometer yang membentang melintasi Pulau Jawa, dibangun pada awal abad ke-19 di bawah pemerintahan kolonial Belanda oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Pembangunan jalan ini menelan banyak korban jiwa dari pekerja paksa pribumi.
Narasi dalam film ini disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis terkemuka Indonesia. Karena statusnya sebagai mantan tahanan politik yang membatasi kebebasan bergeraknya, para pembuat film bertindak sebagai mata dan telinga Pramoedya dalam perjalanan sepanjang Jalan Raya Pos. Melalui pertemuan dengan berbagai individu sepanjang perjalanan, film ini menggambarkan paralel sosial dan historis antara era kolonial dan situasi kontemporer Indonesia saat itu.
Film ini tidak hanya mengeksplorasi sejarah pembangunan Jalan Raya Pos tetapi juga dampaknya terhadap masyarakat modern. Dengan pendekatan seperti film perjalanan, dokumenter ini menyajikan potret mendalam tentang Indonesia dan penduduknya, serta refleksi atas masa lalu dan masa kini. Film ini dirilis pada 2 Februari 1996 di Belanda dan memiliki durasi 2 jam 30 menit.
The Monkey King 2 (2016) Brip Resync
Vocal Source: TRANS7
Audio Mastering Mode: EXPERT
BitRate: 24kbps, Opus - Size 21,1mb
Film Dilan 1983: Wo Ai Ni berlatar belakang tahun 1983, ketika ayah Dilan, yang diperankan oleh Bucek Deep, bertugas sebagai tentara di Timor Timur. Dilan ikut ayahnya bertugas di sana. Saat itu, usia Dilan baru sekitar 12 tahun, dan ia sudah menghabiskan 1,5 tahun di Timor Timur. Setelah itu, Dilan kembali ke Bandung dan melanjutkan sekolah di tempat yang lama, sekaligus berkumpul lagi dengan teman-temannya.
Di sekolah lama, Dilan bertemu dengan seorang gadis keturunan Tionghoa asal Semarang, Jawa Tengah, bernama Mei Lien. Seiring berjalannya waktu, Dilan mulai menyukai gadis cantik tersebut. Ia bahkan ingin belajar bahasa Mandarin, yang membuat keluarganya heran dan tertarik untuk membaca buku tentang China.
Vocal Source: GTV
Audio Mastering Mode: EXPERT
BitRate: 24kbps, Opus - Size 17mb
Menceritakan tentang Dodit, Ibu, Mbak Lis, dan Mas Dewo yang harus ikut ayahnya pindah ke rumah dinas barunya. Usut punya usut, rumah dinas baru ini berada di tengah hutan jati. Ayah Dodit bekerja sebagai polisi yang ditugaskan di hutan jati, sehingga keluarganya pun mau tak mau harus ikut pindah juga.
z
sa
mmet
pw
ts
Sinopsis Singkat:
Kedua orangtuanya dibunuh oleh kawanan perampo yaitu Barok, Gemak Ireng, dan juga Sonta. Marjan pun pergi menuntut ilmu bela diri. Ketika membantu orang yang sedang berkelahi, ia mengetahui bahwa salah satunya adalah perampok yang telah membunuh orangtuanya dulu. Ia pun berteman dengan Renggo Jati, orang yang ia bantu saat berkelahi dengan anak buah perampok. Marjan akhirnya bisa membalaskan dendamnya, dengan menumpas kawanan perampok pembunuh orang tuanya.
Sinopsis Lengkap:
Marjan adalah anak yatim piatu. Kedua orangtuanya dibunuh perampok ganas, Barok, Gemak Ireng dan Sonta. Enam belas tahun kemudian Marjan telah matang dalam ilmu bela diri. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan orang yang berkelahi. Menurut wanita yang ada di situ, ternyata yang berkelahi adalah suaminya, Renggo Jati, melawan anak buah Barok. Maka Marjan lalu membantu Renggo Jati, dan penjahat itu pun kalah, melarikan diri. Semenjak itu Marjan berkawan dengan Renggo Jati untuk menumpas kejahatan. Beberapa anak buah Barok berhasil dilumpuhkan, termasuk Gemak Ireng, pembunuh orang tua Marjan. Dengan bantuan Renggo Jati, Marjan mendatangi Barok, yang juga menahan pacarnya, Ranti. Terjadilah pertarungan yang hebat. Marjan mendapat luka pada matanya dan buta. Tetapi Ranti dapat dibebaskan. Suatu saat kemudian dengan inderanya yang keenam, Si Buta Marjan, membalas kembali kejahatan Barok dan membunuh Sonta. Barok insyaf karena Ranti jadi penengah. Marjan dapat menerima.
Negara & Tanggal Rilis: Indonesia, -
Klasifikasi: 17+
Bahasa: Bahasa Indonesia
Warna: Berwarna
Status: Selesai / Rilis
Sinopsis Singkat:
Hendra bertekad untuk mencari pembunuh istrinya yang ternyata adalah Parlan, adik kawan lamanya. Dibantu oleh Linda kekasih mereka dan Sersan Erna yang memang mencari kakak beradik tersebut, mereka berhasil dibekuk.
Sinopsis Lengkap:
Hendra (Johan Saimima), guru bela diri, bertekad mencari sendiri dua pemuda yang membunuh isterinya, Tuti (Tuty Wasiat) secara sadis, dalam sebuah usaha perkosaan. Dengan petunjuk kunci kontak sebuah kendaraan, Hendra tahu siapa penjahat itu: Parlan Antonio Subrata (Avent Christie), adik sahabat lamanya, Alexander Subrata (Yan Bastian), yang kini jadi pimpinan kelompok penjahat yang juga dicari-cari polisi. Dalam perjalanan mencari penjahat, ia sempat menolong orang yang sedang dikeroyok berandal lain, yang kemudian diketahui sebagai anak buah Parlan. Alex didatangi oleh Hendra. Ia mengutarakan niatnya. Alex memihak adiknya Parlan, karena diancam akan dibongkar kejahatannya. Hendra dibantu oleh Linda (Fenny Bauty), kekasih Alex dan Parlan sekaligus, Linda yang pernah dibantu Hendra saat mobilnya mogok di hutan, juga ingin balas dendam. Kebetulan pula Sersan Erna (Erna Santoso) yang juga mencari Parlan dan Alex menemukan jejak penjahat itu dengan menguntit Hendra. Alex terluka ditembak oleh Linda, sementara Parlan dibekuk oleh Hendra.
Negara & Tanggal Rilis: Indonesia, -
Klasifikasi: 17+
Bahasa: Bahasa Indonesia
Warna: Berwarna
Status: Selesai / Rilis
sory agak burik soalnya susah dapat yang bening
Videonya saya ambil dari DVDrip
Audionya dari Indosiar
sory agak burik soalnya susah dapat yang bening
Videonya saya ambil dari DVDrip
Audionya dari Indosiar
sory agak burik soalnya susah dapat yang bening
Videonya saya ambil dari DVDrip
Audionya dari Indosiar